POSO, Vressnews – Perjalanan lebih dari 10 jam ditempuh oleh Iindarda S. Panggalo, Psikolog dari Biro Psikologi Bonafide, demi hadir dalam Semiloka Pelatihan Dasar Pendampingan Korban Kekerasan yang diselenggarakan oleh Komisi Perlindungan Anak dan Advokasi Gereja Toraja, bekerja sama dengan Klasis Sultengtim di Jemaat Rehobot Poso, pada 27–29 November 2025.


Kegiatan yang diikuti oleh pendeta dan majelis dari Gereja Toraja serta Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) ini bertujuan memperlengkapi pelayan gereja dengan keterampilan dasar untuk menjadi ruang aman bagi korban kekerasan seksual dan gender.

Pada hari pertama Jumat (28/11/2025), Iindarda menyampaikan materi utama bertajuk “Pendampingan Psikologis Awal bagi Korban Kekerasan”.
Dalam sesi tersebut, peserta diajak memahami Dukungan Psikososial Awal (DPA) sebagai pertolongan pertama psikologis yang bisa diberikan oleh siapa saja, termasuk pemimpin jemaat saat korban pertama kali membuka diri.
“Yang paling dibutuhkan korban bukan solusi instan, tapi seseorang yang percaya. kehadiran yang tenang, tidak menghakimi, dan penuh empati adalah fondasi terpenting dalam pemulihan awal,” ujar Iindarda.
Materi mencakup pemahaman tentang bentuk-bentuk kekerasan seksual, respons trauma, bahaya victim-blaming, serta teknik praktis Dukungan Psikososial Awal.

Sesi dilanjutkan dengan roleplay simulasi pendampingan, di mana peserta mempraktikkan cara merespons korban seperti anak yang takut melapor karena ancaman pelaku.
Antusiasme tinggi terlihat saat para pendeta dan majelis berdiskusi tentang bagaimana menjaga keseimbangan antara iman, keadilan, dan ilmu psikologi.
Pada hari kedua, 29 November, pembelajaran diperdalam melalui simulasi lanjutan dan diskusi kelompok, sebelum kegiatan ditutup dengan ibadah penutupan. Peserta menyepakati bahwa gereja tidak boleh hanya menjadi tempat ibadah, tapi juga pelindung nyata bagi yang lemah.

“Gereja dipanggil bukan hanya untuk berkhotbah, tapi untuk menjadi pelindung yang nyata bagi yang lemah,” kata Pdt. Yusuf Paliling, Ketua 5 BPS Gereja Toraja.
Kehadiran Biro Psikologi Bonafide di Poso mencerminkan komitmen lembaga psikologi lokal untuk menjangkau wilayah-wilayah rentan, memperkuat kapasitas pelayan gereja, dan memastikan bahwa setiap korban di mana pun berada memiliki akses pada pendampingan yang berbasis ilmu dan kasih.
“Kehadiran yang utuh adalah bentuk terdalam dari proses pemulihan,” tutup Iindarda, mengajak seluruh peserta menjadi jembatan antara iman dan ilmu, antara doa dan tindakan nyata.










